1. Hukum Meng-Hadiah-kan Fatihah
Di antara
tradisi umat Islam adalah membaca surat al-Fatihah dan menghadiahkan pahalanya
untuk Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Para ulama mengatakan
bahwa hukum perbuatan ini adalah boleh.
Ibnu 'Aqil, salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali
mengatakan, "Disunnahkan menghadiahkan bacaan Al-Qur'an kepada Nabi saw.”
Bukankah seorang yang kamil (tinggi derajatnya)
memungkinkan untuk bertambah ketinggian derajat dan kesempurnaannya. Dalil
sebagian orang yang melarang bahwa perbuatan ini adalah tahshilul hashil
(percuma) karena semua semua amal umatnya otomatis masuk dalam timbangan amal
Rasulullah, jawabannya adalah bahwa ini bukanlah masalah. Bukankah Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberitakan dalam Al-Qur'an bahwa Ia bershalawat terhadap Nabi saw.
kemudian Allah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi.
Al Muhaddits Syekh Abdullah al-Ghumari dalam kitabnya Ar-Raddul
Muhkam al-Matin, hhm. 270, mengatakan, "Menurut saya boleh saja
seseorang menghadiahkan bacaan Al-Qu'an atau yang lain kepada baginda Nabi saw.,
meskipun beliau selalu mendapatkan pahala semua kebaikan yang dilakukan oleh
umatnya, karena memang tidak ada yang melarang hal tersebut. Bahwa para sahabat
tidak melakukannya, hal ini tidak menunjukkan bahwa itu dilarang.”
2.
Hukum Bacaan
al-Qur’an, Doa (Tahlil) dan Jamuan makan untuk orang mati
Dalam hal ini ada segolongan yang
yang berkata bahwa do’a, bacaan Al-Qur’an, tahlil dan shadaqoh tidak sampai
pahalanya kepada orang mati dengan alasan dalilnya, sebagai berikut, “Dan
tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dia kerjakan”. (QS An-Najm
53: 39). Juga hadits Nabi Muhammad SAW., “Jika anak Adam mati,
putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqoh jariyah, ilmu
yang dimanfa’atkan, dan anak yang sholeh yang mendo’akan dia.”
Mereka sepertinya, hanya secara
parsial memahami kedua dalil di atas, tanpa menghubungkan dengan dalil-dalil
lain. Sehingga kesimpulan yang mereka ambil, do’a, bacaan Al-Qur’an, shadaqoh
dan tahlil tidak berguna bagi orang mati. Pemahaman itu bertentangan dengan
banyak ayat dan hadits Rasulullah SAW. beberapa di antaranya, “Dan
orang-orang yang datang setelah mereka, berkata: Yaa Tuhan kami, ampunilah kami
dan ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan beriman.”
(QS Al-Hasyr 59: 10) Dalam hadith dijelaskan, “Bertanya seorang laki-laki
kepada Nabi saw.; Ya Rasulullah sesungguhnya ibu saya telah mati, apakah berguna
bagi saya, seandainya saua bersedekah untuknya? Rasulullah menjawab; yaa
berguna untuk ibumu.” (HR Abu Dawud).
Di dalam Tafsir ath-Thobari jilid 9
juz 27 dijelaskan bahwa surat Al-Najm ayat 39 di atas diturunkan tatkala
Walid ibnu Mughirah masuk Islam diejek
oleh orang musyrik, dan orang musyrik tadi berkata, “Kalau engkau kembali
kepada agama kami dan memberi uang kepada kami, kami yang menanggung siksaanmu
di akhera.t” Maka Allah SWT menurunkan ayat di atas yang menunjukan
bahwa seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain, bagi seseorang apa yang
telah dikerjakan, bukan berarti menghilangkan pekerjaan seseorang untuk orang
lain, seperti do’a kepada orang mati dan lain-lainnya.
Ibnu Taimiyah dalam Kitab Majmu’
Fatawa jilid 24, berkata: “Orang yang berkata bahwa do’a tidak sampai kepada
orang mati dan perbuatan baik, pahalanya tidak sampai kepada orang mati,” mereka
itu ahli bid’ah, sebab para ulama’ telah sepakat bahwa mayyit mendapat manfa’at
dari do’a dan amal shaleh orang yang hidup.
Dr. Ahmad as-Syarbashi, guru besar
pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, Yas`aluunaka fid Diini wal Hayaah
juz 1 : 442, sebagai berikut, “Sungguh para ahli fiqh telah berargumentasi
atas kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia,
dengan hadist bahwa sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah saw., seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bersedekah
untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk mereka dan kami
berdoa bagi mereka; apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada mereka?
Rasulullah saw. bersabda: Ya! Sungguh pahala dari ibadah itu benar-benar
akan sampai kepada mereka dan sesungguhnya mereka itu benar-benar bergembira
dengan kiriman pahala tersebut, sebagaimana salah seorang dari kamu sekalian
bergembira dengan hadiah apabila hadiah tersebut dikirimkan kepadanya!"
+ komentar + 26 komentar
kalo ditinggalkan bolehga soalnya saya mengalami sangat repot sekali udah berduka harus masak-masak terpaksa harus cari pinjeman untuk jamu yang tahlilan selama tujuh hari. mengenai tahlilan dan do'a untuk orang yang meninggal bagi saya yang bodoh lebih percaya kepada keterangan yang pertama artinya aja udah jelas yang nyampe itu perbuatan sendiri bukan do'a dari orang lain sedang pendapat yang kedua seperti do'a orang yang habis solat bukan sedang tahlilan kalo pendapat yang kedua yaitu tahlilan dan baca Qur'an pahalanaya nyampe dan jamuan pahalanya nyampe maka dipastikan orang miskin masuk neraka dan orang kaya masuk surga karena orang miskin tidak ada dana untuk mengadakan tahlilan sedang orang kaya bisa bayar ustad untuk tahlilan dan baca Al-Qur'an terus menerus hingga kiamat tiba kontrak aja kepesantren setahunnya berapa duit untuk tahlilan dan baca Qur'an mohon maaf saya lagi cari kebenaran mudah-mudahan Alloh SWT mengampuni saya karena ditempat saya bila ada yang meninggal ustad mengharuskan ahli waris untuk bayar pidyah, tahlilan 7 hari 40 hari,100 hari dan bayar borongan baca Qur'an
Tahlilan,dan hadiahkan bacaan qur'an untuk orang meninggal dunia boleh,baik dari keluarga,saudara,tetangga maupun kenalan dan siapa saja boleh dan baik pula bagi si mayyit.
Yang namanya doa,tergantung hati yg berdoa,ikhlas gak?anak sendiri doa buat orang tua yg meninggal dunia hanya asal2,juga percuma.
Memberikan jamuan,terserah...bagi orang tak mampu,biasanya yang mendoakan tau diri,kalau tidak tau diri berarti niatnya bukan mendoakan,tapi perut.
bayar pesantren masih mahal,mba cukup beli recorder trus rekam yasin,tabarok dan tahlil trus distel dikuburan,dijamin recordernya dpt pahala.
kalau ada ustad yg mengharuskan sperti itu,mba hrus tanya"bpk ini ustad atau pedagang?,jual agama didunia diakherat bpk nnt yang dijual".
Perlu diketahui,"Tidaklah yg paling ditakuti mayyit yg baru meninggal adalah pada saat baru dimasukkan ke dalam kubur,gelap,sempit,terhempit,gerah,bau tanah,gelisah. Dan yg dapat menangkannya,meluaskan kuburannya,memberikan cahaya,hanyalah Allah,dengan doa dari orang yg ditinggal".kalau gk ada yg doa,DL mayyit
Semoga kematian dtg pada kita dlm keadaan baik,dan kita mati didoakan,bukan dihina,disyukuri,atau dll sebab yang telah kita lakukan pada org yg telah mati.
Wallahu'alam
Bagaimana mungkin amal ibadah yg sifatnya "tauqifiyah" di qiyas kan? Ini adalah pendapat yg bathil..
Adon kupang mantap pnjelasannya. I agree.. sy jg dlm suasana berduka minggu ini. Tgl 25 april kmrn adik kandung sy telah berpulang ke Rahmatullah...
Kalo tidak percaya.... nyampe, mari kita do'akan keluarganya yang sudah meninggal dunia masuk NERAKA,
Ada dua pendapat kita mau milih yg mana?
Amal itu mungkin benar tergantung apa yg kita usahakan bukan krn bnyk kirimin dari orang lain. Klu nyampe emang benar yg kaya yg bnyk bertambah amalnya yg miskin makin srngsara dikuburnya
Yang jadi masalah mensyaratkan harus 7, 100, 1000 hari, 10.000 hari. Adakah Rasul mencontohkan. Tidak diragukan kebiasaan 7 , 100, 1000 hari adalah pengaruh dari Hindu
Setujuuu..mas marven aries.!! Yuk kita rajin menyimak siaran rodja tv atau radio rojda frekwensi AM 756, insya Alloh banyak ilmu yg kita dapatkan yg sesuai dgn apa yg dicontohkan oleh rosululloh bukan ilmu taqlid yg didapat dari ustad2 yg cara beribadahnya lebih condong mengutamakan budaya..
Setujuuu..mas marven aries.!! Yuk kita rajin menyimak siaran rodja tv atau radio rojda frekwensi AM 756, insya Alloh banyak ilmu yg kita dapatkan yg sesuai dgn apa yg dicontohkan oleh rosululloh bukan ilmu taqlid yg didapat dari ustad2 yg cara beribadahnya lebih condong mengutamakan budaya..
Setuju 1000 % mas marven..!!
Tidak ada 1 pun dalil yg meriwayatkan bahwa rosululloh dan para sahabat atau generasi tabi'in yg pernah melakukan acara tahlilan, atau kirim fatihah dsb.
Kalau seandainya itu baik pasti semuanya sdh lbh dulu dilakukan oleh rosul dan para sahabat.
Yuk..saudara2ku sesama muslim kita menggali ilmu syar'i yg benar2 sesuai dgn tuntunan Al Quran dan sunnah dgn selalu menyimak tv rodja atau radio rodja di frekwensi AM 756
insya Alloh disitu kita benar2 banyak mendapatkan ilmu2 syar'i tentang bagaimana kita beribadah yg benar & sesuai dgn apa2 yg contohkan oleh rosullulloh solallahu alaihi wa sallam, bukan ibadah yg hanya sekedar diperoleh dgn ikut ikutan (taqlid buta) dan mengikuti hawa nafsu semata tanpa dalil yg jelas..!
Bukankah nabi pernah bersabda dlm sebuah hadist yg shohih : " setiap apa apa yg datangnya bukan dari ku akan tertolak".
Wallohu a'lam bisshowab
Setuju 1000 % mas marven..!!
Tidak ada 1 pun dalil yg meriwayatkan bahwa rosululloh dan para sahabat atau generasi tabi'in yg pernah melakukan acara tahlilan, atau kirim fatihah dsb.
Kalau seandainya itu baik pasti semuanya sdh lbh dulu dilakukan oleh rosul dan para sahabat.
Yuk..saudara2ku sesama muslim kita menggali ilmu syar'i yg benar2 sesuai dgn tuntunan Al Quran dan sunnah dgn selalu menyimak tv rodja atau radio rodja di frekwensi AM 756
insya Alloh disitu kita benar2 banyak mendapatkan ilmu2 syar'i tentang bagaimana kita beribadah yg benar & sesuai dgn apa2 yg contohkan oleh rosullulloh solallahu alaihi wa sallam, bukan ibadah yg hanya sekedar diperoleh dgn ikut ikutan (taqlid buta) dan mengikuti hawa nafsu semata tanpa dalil yg jelas..!
Bukankah nabi pernah bersabda dlm sebuah hadist yg shohih : " setiap apa apa yg datangnya bukan dari ku akan tertolak".
Wallohu a'lam bisshowab
yeee....malah ada yg promosi radio nih
sdh lah masing masing keyakinannya aja wong ga jelek koq kirim do'a untuk yg butuh do'a,. kan kt Allah SWT. '"berdo'alah kepadaKu maka akan Aku perkenankan" jadi ya ga ada salahnya kita kirim do'a kepada orang yg sdh tiada...
Dalam kaida fikhi, segala sesuatu itu boleh dilakukan kecuali yg jelas perintah dan larangannya, jadi tak ada perintah tak ada larangan berarti boleh dilakukan, dapat amal atau tidak luruskan nawaitunya, dpt pahala atau tidak Allah yg berhak (urusan Allah)
Dalam kaida fikhi, segala sesuatu itu boleh dilakukan kecuali yg jelas perintah dan larangannya, jadi tak ada perintah tak ada larangan berarti boleh dilakukan, dapat amal atau tidak luruskan nawaitunya, dpt pahala atau tidak Allah yg berhak (urusan Allah)
syukron
karepmu,sing gelem tahlil Yo lakoni,sing ORA gelem Yo ORA kaiki,sing penting podo akur,.... NU/MD Podo wae,nabine Podo,kiblate Yo Podo,...
karepmu,sing gelem tahlil Yo lakoni,sing ORA gelem Yo ORA kaiki,sing penting podo akur,.... NU/MD Podo wae,nabine Podo,kiblate Yo Podo,...
karepmu,sing gelem tahlil Yo lakoni,sing ORA gelem Yo ORA kaiki,sing penting podo akur,.... NU/MD Podo wae,nabine Podo,kiblate Yo Podo,...
karepmu,sing gelem tahlil Yo lakoni,sing ORA gelem Yo ORA kaiki,sing penting podo akur,.... NU/MD Podo wae,nabine Podo,kiblate Yo Podo,...
Kalau masih pada debat, Bagai mana kalau kita tantang suruh meninggal duluan, biar tau yg sebenar nya !!!
Butuh alfatihah / tidak ?
Masukkan balasan Anda...betul sekali
Seluruh umat Islam di dunia memiliki landasan, acuan dasar yg sama yaitu Al-Quran dan Hadist (segala bentuk sikap perbuatan atau perkataan Rasulullah shalallahu alaihi wassallam). Bkn kyai, ustad, haji, pesantren, habib atau tradisi bahkan pendapat seseorang yg belajar/mengenal islam jauh lbh dlm saja tdk bahkan terlebih lg mreka yg non muslim. Tp selama para kyai, ustad, haji dll itu merujuk pd Al-Quran dan Hadist Sohih yg ada dan memang Rasullulah sendiri mengajarkan sprti itu berarti itu benar dan boleh kita ikuti karna sdh jelas ada tuntunannya. Jd mari kembalilah pd Al-Quran & Hadist...
Wallahu A'lam Bishawab smoga bermanfaat...
Yg tahlilan dan sodaqoh tuk mayit bagus tapi g perlu maksain.yg g tahlil kalo ga ada dana g masalah asal jangan g tahlil ga sodaqoh karena pelit..emang duit sumb
angan tetangga mau lo makan?doyan makan duit hak mayit?
Yg tahlilan dan sodaqoh tuk mayit bagus tapi g perlu maksain.yg g tahlil kalo ga ada dana g masalah asal jangan g tahlil ga sodaqoh karena pelit..emang duit sumb
angan tetangga mau lo makan?doyan makan duit hak mayit?
Ass... Pndapat sih,boleh berbeda. Tp jnganlah untk prdebatan yg bs menimbulkn konflik. Biarkanlh kyakinan msing2 dilaksanakn,tanpa saling mngganggu. Yg pnting tidak mrugikn diphak mnapun. Toh yg mngetahui "pasti" bnar/salh itu hnyalh "YANG MAHA BNAR/ ALLAH". Yg pnting kt smua slalu brusaha mwujudkn "rahmatan lil 'alamin". Kta ttp brsatu,biarpun ada beda paham.
Klo mnrut pham/kyakina sy (mf...) : 1. yg tlh mati biarpun dibcakan Qur'an,smpe bbrpa kali hatam/bribu orang tak akn brpengaruh apapun ats dosa/phala orang yg tlah mati tsb.
2. Org mati,yg kaya/bnyak harta,stlah mati hartanya dhabiskn disodaqohkn smua ga ada pngaruh ats dosa/phala yg tlh mati tsb..."KCUALI ADA WASIAT WKT SI KAYA MSIH HDUP dg kata2;nti klo aku mati,smua hartaku tolong agr disdaqohkn...,!" (psan kpd org/sdr2nya/ sudah ada niat swktu msh hidup).Klo ada wasiat spt itu,sy yakin phala itu nyampe kpd org yg tlh mati tsb... Dmkian,sy mhon ma'f kpd sdr2ku yg brbda kyakin,dn trimkash kpd sdr2ku yg spham/skeyakin. Wss..
Posting Komentar