Headline News
print this page
Artikel Terbaru

RESOLUSI JIHAN NU (Bagian II)

RESOLUSI JIHAN NU (Bagian II)

27-29 OKTOBER 1945:
PERANG TIGA HARI SURABAYA

Baru dua hari menginjakkan kaki di Surabaya, tentara sekutu langsung mendapatkan gangguan berarti dari laskar pejuang di Surabaya.

Pagi haritanggal 27 Oktober 1945, dilaporkan rakyat secara bergelombang keluar dari rumah mereka dan gang-gang di Surabaya dengan membawa senjata apa adanya.

Ada yang membawa golok, pedang, tombak, arit, bambu dan banyak juga yang lain yang tidak membawa apa-apa. Mereka terlibat keributan dan bentrok dengan tentara Jepang dan Sekutu yang sedang berpatroli di sejumlah titik di Surabaya.

Ujung dari bentrokan itu adalah penyerangan pos-pos tentara Jepang dan Sekutu. Menurut peneliti dari Universitas Brawijaya Malang, Agus Sunyoto, peristiwa bentrokan itu berlangsung selama tiga hari antara tanggal 27, 28, 29 Oktober 1945. Semuanya berlangsung secara spontan, sporadis, massal, dan tidak terkendali. Agus Sunyoto lebih memilih menggunakan istilah tawuran massal dari pada perang. Karena selain yang bergerak adalah massa dan laskar rakyat, bukan militer resmi Indonesia, merka juga tidak ada yang mengkomandani.

Perang sengit berkecamuk selama 3 hari Perang sengit berkecamuk selama 3 hari berturut- turut di banyak titik di kota Surabaya. Apa yang membuat massa nekat bergerak tanpa persenjataan yang memadai dan mempertaruhkan nyawa seperti itu?

Usut punya usut, ternyata dokumen Resolusi Jihad NU telah tersebar sedemikian rupa dan membentuk psikologi massa yang kuat di Surabaya. Dari gang-gang kecil di Surabaya, mengalir ratusan orang meneriakkan takbir menuju jalan-jalan besar di Surabaya.

Ribuan orang berkumpul di sejumlah titik dan terlibat bentrok dengan tentara Inggris dan Jepang.
Pertempuran atau tawuran selama tiga hari itu menimbulkan korban yang cukup banyak di kalangan rakyat dan laskar Indonesia. Namun, tidak sedikit pula tentara Inggris yang meninggal dalam bentrokan tersebut. Bahkan, bisa dikatakan Inggris betul-betul terdesak dan kewalahan menghadapi aksi sporadis warga Surabaya ini.
Agus memberi pengandaian, rakyat Surabaya seperti semut yang datang dari berbagai arah untuk menyerang sekutu.

Tentara sekutu yang kabur menyelamatkan diri, diburu dan dibantai. Tentara Gurkha Inggris (Pakistan) sekuat tenaga Tentara Gurkha Inggris (Pakistan) sekuat tenaga membendung perlawanan arek-arek Surabaya Pengakuan serupa juga disampaikan Soemarsono. Salah satu komandan laskar pejuang yang terlibat dalam pertempuran tiga hari tersebut. Menurutnya,dalam pertempuran itu, kekuatan pemuda Surabaya di atas angin, bahkan ia memprediksi beberapa jam lagi kemenangan mutlak sudah bisa didapat.

Sekutu sudah kewalahan. Buktinya, Jenderal Mallaby menghubungi markas pusat Sekutu se-Asia
Tenggara di Singapura. Mallaby minta atasannya mengusahakan gencatan senjata. Setelah menerima laporan dari Mallaby, komandan tertinggi tentara Sekutu di Singapura, D.C. Hawthorn, langsung terbang ke Jakarta. Yakni, untuk menemui Bung Karno dan Bung Hatta.

Hawthorn minta diberlakukan gencatan senjata. Waktu itu Bung Karno belum genap tiga bulan menjadi presiden pertama Indonesia. Soemarsono tidak tahu apa kompensasi yang diberikan tentara Sekutu untuk tawaran gencatan senjata di Surabaya ini.

Yang jelas, hari itu juga Bung Karno dan Bung Hatta langsung terbang ke Surabaya dengan pesawat dari Singapura tersebut. Tentara Inggris keteteran dan hampir kalah dalam Tentara Inggris keteteran dan hampir kalah dalam pertempuran sengit 3 hari (27, 28, 29 Oktober 1945) sampai akhirnya Inggris mendatangkan Bung Karno ke Surabaya Tiba di Surabaya, Bung Karno langsung melakukan konvoi keliling kota.

Bung Karno menyerukan agar tembak-menembak dihentikan. Bung Karno keliling kota seperti itu karena tidak tahu bagaimana cara mencari para pimpinan pemuda Surabaya. Mereka semua sedang berada di front yang berbeda-beda. Soemarsono, misalnya, lagi memimpin pasukan di Wonokromo, bagian selatan Kota Surabaya.
Soemarsono kaget ketika tiba-tiba mendengar seruan Bung Karno itu. Ia marah besar dan mencegat mobil konvoi presiden di daerah Wonokromo. Ia berdiri di tengah jalan menghentikan mobil yang membawa BungKarno dan Bung Hatta. Konvoi itu berhenti. Mallaby juga ada dalam konvoi itu. Soemarsono mengatakan ke Bung Karno bahwa sebentar lagi Inggris pasti kalah, mengapa perang dihentikan. Bung Karno hanya diam sambil menunduk dan memerintahkan Mr. Amir Syarifuddin, Menteri Keamanan Rakyat turun dari mobil untuk menemui Soemarsono.

Soemarsono sangat menghormati Amir dan ketika dijelaskan panjang lebar, akhirnya Soemarsono luluh hatinya. Ia pun ikut naik ke mobil dan menyerukan gencatan senjata. Namun, setelah itu Soemarsono mengaku menyesal sekali menerima bujukan Amir. Pertempuran di sejumlah titik tetap berlangsung, Pertempuran di sejumlah titik tetap berlangsung,
meski gencatan senjata sudah ditandatangani

30 OKTOBER 1945:
JENDERAL MALLABY TEWAS


Perjanjian gencatan senjata ditandatangani pihak Indonesia-Inggris pada pagi hari tanggal 30 Oktober 1945.
Namun, pertempuran-pertempuran kecil hari itu masih saja terjadi di sejumlah tempat.
Sore harinya, Jenderal Mallaby melakukan perjalanan ke kamp-kamp tentara Sekutu untuk mensosialisasikan gencatan senjata. Pada saat melintas dekat Jembatan Merah, Mallaby berselisih paham dengan laskar Indonesia. Kesalah pahaman ini berakhir dengan bentrokan antara laskar Indonesia dengan tentara Sekutu yang kamp-nya tidak jauh dari tempat tersebut. Jenderal Mallaby berada di tengah-tengah.

Sebuah sumber menyebutkan Jenderal Mallaby tewas karena tertembak pistol pemuda laskar Indonesia, namun pihak lain menyebutkan Mallaby tewas terkena granat dari anak buahnya sendiri tanpa sengaja.

Jenderal Mallaby

Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada
keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Caren Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

1-9 NOVEMBER 1945:
KONSOLIDASI DAN PERSIAPAN PERANG


Bung Tomo Konsultasi Ke Kyai Hasyim Ultimatum tentara sekutu dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan/milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

Bung Tomo
Seorang pemuda Surabaya bernama Sutomo (Bung Tomo) yang memiliki anak buah cukup banyak dan loyal dilaporkan menghadap ke Kyai Hasyim. Bung Tomo memang dikenal dekat dengan Kyai Hasyim, karena rumah orang tua Bung Tomo bersebelahan dengan rumah Kyai Hasyim di Surabaya. Seperti
diketahui sejak kasus penahanan Kyai Hasyim oleh tentara Jepang karena menolak hormat kepada
bendera Jepang, Kyai Hasyim lebih memilih tinggal di Surabaya dan sangat jarang kembali ke Jombang.

K.H. Hasyim Asy'ari
Demi prinsip, K.H. Hasyim Asy’ari menolak menghormat bendera Belanda dan Jepang Sejumlah sumber menyebutkan Bung Tomo meminta ijin kepada Kyai Hasyim untuk menyiarkan Resolusi Jihad NU melalui radio guna memompa semangat perlawanan rakyat menghadapi kemungkinan terburuk deadline tanggal 10 November.

Kyai Wahab Mengumpulkan Milisi Menyikapi ultimatum dari tentara sekutu, Kyai Wahab Hasbullah mengundang pimpinan laskar atau milisi yang berada dalam binaan NU untuk dimintai pertimbangan terkait langkah-langkah apa yang harus diambil. Laskar yang dipanggil tersebut antara lain, Laskar Hizbullah pimpinan K.H. Zainul Arifin, Laskar Sabilillah pimpinan K.H. Masykur dan Laskar Mujahidin yang dipimpin sendiri oleh Kyai Wahab serta sejumlah komandan Batalion PETA.

Seperti diketahui, sebanyak 20 komandan Batalion PETA atau separuh lebih dari keseluruhan Batalion PETA, komandannya adalah Kyai atau pimpinan pesantren NU.

K.H. Zainul Arifin, Panglima Laskar Hizbullah
Dalam pertemuan tersebut, masing-masing pimpinan laskar memutuskan untuk tetap melawan tentara sekutu sampai titik darah penghabisan. Disusunlah kemudan taktik dan strategi perang melawan tentara sekutu pada tanggal 10 November 1945. Para komandan laskar tahu betul bahwa persenjataan tentara Inggris sangatlah lengkap, oleh sebab itu untuk menghadapinya harus menggunakan taktik yang cerdik.

K.H. Masykur, Panglima Laskar Sabilillah
Tidak ada satupun kekuatan rakyat waktu itu yang menganjurkan menyerah terhadap tentara sekutu.
Semua komponen menolak tunduk dan menyatakan siap angkat senjata dengan mempertaruh jiwa dan raganya. Jihad Fi Sabilillah seperti begitu dirindukan.  Laskar Dari Daerah Bergerak Menuju Ke Surabaya Menjelang 10 November 1945, rakyat dan para laskar dari daerah dilaporkan bergerak menuju Surabaya.
Dari Malang, dilaporkan ribuan orang berjalan kaki menuju Surabaya. Dari Tulungagung, Kediri, Jombang, ribuan orang bergelombang datang ke Surabaya naik kereta api.  Dari pantura seperti Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik juga dilaporkan di kampung-kampung terjadi mobilisasi massa sukarelawan untuk jihad ke Surabayamelawan Sekutu.

Laskar Hizbullah bergerak menuju Surabaya.
Sebagian besar dari mereka sama sekali buta dengan gambaran musuh yang akan mereka hadapi.
Mereka tidak tahu apa itu tank, pesawat tempur, dan peralatan militer lainnya. Namun, ketidaktahuannya itu justru menjadikan mereka lebih bersemangat untuk melihat dari dekat. Sebagian di antara mereka memamerkan pusaka-pusaka keluarga yang diyakininya memiliki kesaktian akan mampu mengalahkan merian dan tank-tank sekutu.
Sejumlah pondok pesantren secara diam-diam juga terlibat menggelar ritual pengisian energi kekebalan
(‘asma’) terjadap sukarelawn yang akan berangkat ke meden laga.

10 NOVEMBER 1945:
JIHAD FI SABILILLAH BERKOBAR DI SURABAYA

Pagi hari, Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya memutar pidato Bung Tomo yang dengan suara
meledak-ledak mengajak rakyat Surabaya turun ke jalan mengangkat senjata melawan Sekutu.
Pekik takbir dalam pidato Bung Karno menunjukkan bahwa pidato itu tidak lain adalah seruan berjihad seperti yang diserukan oleh NU sebelumnya. Siaran Bung Tomo, diputar terus menerus sepanjang pagi sampai siang hari oleh RRI dan direlay oleh radio-radio komunitas di Surabaya.

Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Suroboyo.
Bung Tomo memiliki kedekatan khusus dengan Kyai Hasyim Asy’ari, karena bertetangga dekat di Surabaya.
Siang hari, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang. Seperti janjinya, Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.

Perlawanan sengit Laskar Hizbullah.

Inggris Targetkan 3 Hari Tundukkan Surabaya Dengan persenjataan yang lengkap, Inggris memasang target Kota Surabaya sudah dapat dikuasai sepenuhnya dalam jangka waktu maksimal 3 hari. Dan tidak ada lagi perlawanan yang berarti dari milisi dan tentara Indonesia. Namun, target itu meleset jauh. Inggris dibuat shock dan terbelalak matanya menyaksikan militansi perlawanan rakyat Surabaya.

Tentara Gurkha Inggris
11 November 1945: Inggris Kehilangan Jenderal 

Lagi Baru memasuki hari kedua pertempuran Surabaya, Inggris kehilangan Jenderal terbaiknya, Eric Carden Robert Mansergh. Sebelum ini, Inggris juga kehilangan Jenderal Mallaby yang tewas 30 Oktober 1945. Artinya, belum dua minggu bertempur melawan arek-arek Surabaya , Inggris sudah kehilangan dua jenderal terbaiknya. Hal inilah yang membuat psikologi pasukan Inggris langsung jatuh. Mereka melihat lautan manusia terus merangsek ke arah mereka tanpa ampun.

Ditembak 1, muncul 10,
ditembak 10, muncul 100, ditembak 100, muncul 1000 dan begitu seterusnya, seolah tiada habisnya.

Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Jenderal Mallaby, tewas di hari kedua pertempuran Surabaya Tentara Pakistan dan Hindia Membelot Membela Indonesia Militansi perlawanan sukarelawan Surabaya menggugah hati para tentara Inggris asal Pakistan dan India (Gurkha).

Gema takbir yang terus berkumandang dari mulut para pejuang Indonesia selama pertempuran, menyadarkan tentara Gurkha yang notabene beragama Islam bahwa musuh yang dihadapi adalah saudara seiman yang sedang berjihad membela negara dan agamanya. Dilaporkan tidak kurang dari 300 personel Gurkha membelot dan bergabung dengan pejuang Indonesia balik melawan tentara Inggris.

Ziaul Haq, komandan pasukan Gurkha yang memilih pulang ke negaranya karena tidak mau berhadapan dengan ulama dan santri yang notebene seiman seperjuangan Bahkan, komandan mereka, Ziaul Haq membangkang Inggris tidak mau melanjutkan pertempuran dan memilih kembali ke Pakistan bersama pasukannya setelah ia tahu yang ia lawan dan yang ia bunuh adalah ulama-ulama Islam dan para santri. Keputusan ini membuat Ziaul Haq dicap sebagai pengkhianat Inggris selamanya. Ziaul Haq terpilih menjadi Presiden Pakistan yang ke-6 tahun 1977 dan meninggal setelah pesawatnya ditembak orang tak dikenal.
Sebanyak 300 pasukan Gurkha membelot bergabung Sebanyak 300 pasukan Gurkha membelot bergabung dengan tentara Indonesia.


Pertempuran Surabaya Berlangsung 3 Minggu
Dari target 3 hari, pertempuran besar Surabaya berlangsung selama 3 minggu. Kota Surabaya betul-betul luluh lantak. Inggris memang akhirnya berhasil menguasai Kota Surabaya. Namun, semuanya harus dibayar mahal. Ia kehilangan dua jenderal terbaiknya, kehilangan 2.000 lebih pasukan terlatihnya, dikhianati tentaranya sendiri, kehilangan peralatan perang yang cukup banyak, dan tentu saja terkuras habis logistiknya, tidak sebanding dengan luas wilayah yang ia rebut. Pertempuran yang melelahkan dan menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar Korban di pihak Indonesia tak terhitung lagi.

Ada yang memperkirakan 20.000, ada yang mencatat 60.000, semuanya gugur sebagai syuhada seperti yang dijanjikan oleh Resolusi Jihad NU.  Para pejuang kemerdekaan yang masih tersisa memilih bergeser ke pinggiran Surabaya dengan tetap memberikan perlawanan sekuatnya. Sebanyak 200.000 penduduk mengungsi dari Surabaya yang porak poranda.

PERTEMPURAN SURABAYA MENGINSPIRASI PERLAWANAN NASIONAL

Meski pada akhirnya Kota Surabaya jatuh ke tangan Inggris, namun semangat perlawanan para pejuang Jawa Timur dalam memberikan perlawanan berarti kepada Sekutu telah menginspirasi perlawanan serupa di sejumlah daerah, antara lain di Jakarta pada tanggal 18 November, di Semarang pada 18 November, di Riau 18 November, di Ambarawa tanggal 21 November, di Bandung 6 Desember dan di Medan pada 6 Desember.

Panglima Besar Jenderal Soedirman melakukan terhadap pasukan di Ambarawa, Magelang
Pertempuran Surabaya Memaksa Belanda Kembali Ke Meja Perundingan Pertempuran sengit yang menelan korban jiwa dalam jumlah besar itu telah membuka lebar-lebar dunia internasional banwa pemerintahan Indonesia adalah eksis, baik pemerintahannya maupun militernya. Oleh sebab itu, sebagai negara yang eksis, maka Belanda diwajibkan untuk melakukan perundingan dengan pemerintah Indonesia, bukan dengan jalan agresi.

Resolusi Jihad dan Eksistensi NKRI
Semua itu dimungkinkan karena Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945.
Tanpa ada resolusi jihad, tidak akan ada perang tiga hari di Surabaya, yang kemudian berlanjut ke peristiwa 10 November 1945, menjalar ke pertempuran nasional dan ujungnya pengakuan dunia internasional terhadap eksistensi NKRI.
Tugu Pahlawan untuk mengenang jasa para syuhada dalam mempertahankan Kota Surabaya dan NKRI dari penjajah.
0 komentar

RESOLUSI JIHAD NU



Resolusi Jihad

Seruan yang dikeluarkan oleh NU yang ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan umat
Islam Indonesia untuk berjuang membela Tanah Air dari penguasaan kembali pihak Belanda dan pihak asing lainnya beberapa waktu setelah proklamasi
kemerdekaan.

Dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 sebagai buah keputusan yang dihasilkan dari Rapat Besar Konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, 21-22 Oktober di
Surabaya, Jawa Timur.

Melalui konsul-konsul yang datang ke pertemuan tersebut, seruan ini kemudian disebarkan ke seluruh
lapisan pengikut NU khususnya dan umat Islam umumnya di seluruh pelosok Jawa dan Madura.

Berikut ini adalah isi dari Resolusi Jihad NU

sebagaimana pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945. Salinannya di sini dengan
menyesuaikan ejaan:

Bismillahirrahmanirrahim
Resolusi
Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsul-konsul) Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya:Mendengar:

Bahwa di tiap-tiap daerah di seluruh Jawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat ummat Islam dan Alim ulama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA,
KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.

Menimbang:
a. Bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum AGAMA
ISLAM, termasuk sebagai suatu kewajiban bagi tiap- tiap orang Islam

b. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Ummat Islam.

Mengingat:
a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada di sini telah banyak sekali dijalankan banyak kejahatan dan kekejaman yang mengganggu ketenteraman umum.

b. Bahwa semua yang dilakukan oleh semua mereka itu dengan maksud melanggar Kedaulatan Republik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali menjajah di
sini, maka di beberapa tempat telah terjadi pertempuran yang mengorbankan beberapa banyak
jiwa manusia.

c. Bahwa pertempuran pertempuran itu sebagian
besar telah dilakukan ummat Islam yang merasa wajib menurut hukum agamanya untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara dan
Agamanya.

d. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian- kejadian itu belum mendapat perintah dan tuntutan yang nyata dari Pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan kejadian-kejadian tersebut.

Memutuskan:
1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap
usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan
Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap fihak Belanda dan kaki tangan.

2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Seruan ini memiliki pengaruh yang besar dalam menggalang umat Islam khususnya untuk berjuang
mengangkat senjata melawan kehadiran Belanda setelah diproklamirkannya kemerdekaan. Pesantren-pesantren dan kantor-kantor NU tingkat Cabang dan
Ranting segera menjadi markas Hizbullah yang menghimpun terutama pemuda-pemuda santri yang ingin berjuang dengan semangat yang tinggi meski
dengan keahlian dan fasilitas persenjataan yang sangat terbatas.

Seruan ini juga diyakini memiliki sumbangan besar atas pecahnya Peristiwa 10 November 1945 yang
terkenal dan kemudian diabadikan sebagai Hari Pahlawan.

Soetomo atau terkenal dengan panggilan Bung Tomo, pimpinan laskar BPRI dan Radio
Pemberontakan, yang sering disebut sebagai penyulut
utama peristiwa 10 November diketahui memiliki hubungan yang dekat dengan kalangan Islam.
Jauh sebelum peristiwa itu, ia diketahui telah berkawan baik dengan Wahid Hasyim, tokoh muda NU yang penting saat itu. Karena faktor Wahid Hasyim pula ia terpilih sebagai satu-satunya pemuda dari
Surabaya yang menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru pada Juli 1945 yang menggantikan Hokokai
peninggalan Jepang.

Di luar itu, juga umum diketahui bahwa saat itu Bung Tomo kerap bertandang ke Pesantren Tebu Ireng, Jombang, untuk menemui dan meminta restu Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari.

Seruan “Allahu Akbar” di pembuka dan penutup orasinya yang sangat
membakar melalui Radio Pemberontakan yang
dipimpinnya adalah upayanya untuk merekrut kalangan pemuda Muslim di satu sisi dan bukti
kedekatan hubungannya dengan kalangan Islam.

Tidak terbatas pada Peristiwa 10 November 1945, seruan ini berdampak panjang pada masa berikutnya.

Perjuangan kemerdekaan yang melibatkan massa rakyat yang berlangsung hampir empat tahun sesudah itu di berbagai tempat di Jawa khususnya hingga
pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 1949 juga banyak didorong oleh semangat jihad yang diserukan melalui resolusi ini.

Pesan dan isi Resolusi Jihad ini jelas dan tegas.
Tetapi dalam interpretasinya, terutama melalui penyebarannya secara lisan, kadang-kadang
memperoleh tekanan yang lebih keras dan luas seperti bahwa kewajiban (fardhu ‘ain) bagi setiap
muslim yang berada pada jarak radius 94 km untuk turut berjuang.

Sedangkan yang berada di luar jarak itu berkewajiban untuk membantu saudara-saudara
mereka yang berada dalam jarak radius tersebut.

Jalur “aksi perjuangan” melalui Resolusi Jihad memang harus berhadapan dengan “jalur diplomasi” yang dipilih beberapa pemimpin nasional saat itu.

Bagaimanapun ini adalah suatu tanggapan yang cepat, tepat, dan tegas dari NU atas krisis
kepercayaan dan kewibawaan sebagai bangsa yang baru menyatakan kemerdekaannya.

Pada akhirnya, Resolusi Jihad tak lain merupakan bukti historis komitmen NU untuk membela dan mempertahankan Tanah Air. (Sumber: Ensiklopedi NU)
0 komentar

Kegiatan Di Situ Bagendit






Kegiatan dari tahun 2010
0 komentar

Qashidah Burdah (HASYIYAH BAJURI I)




بسم الله الرحمن الرحيم
Qashidah Burdah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu shalawat dan salam atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk
امن تذكرجيران بذى سلم * مزجت دمعاجرى من مقلة بدم
ام هبّت الريح من تلقاء كاظمة * واومض البرق فى الظلماء من اضم
1.         Apakah karena teringat tetangga di kampung Dzi Salam, engkau menangis, meneteskan air mata darah dari pelupuk matamu?
2.         Atau karena angin yang berembus dari Kazhimah, ataukah karena kilat yang menyambar dalam kegelapan dari Lembah Idham?
Faidah dari 2 bait ini :
-       Jika ditulis pada sutera dan dihapus dengan air hujan kemudian air ini diminumkan binatang ternak yg sulit diajarkan sesuatu dan sulit dijinakan maka setelah diminumkan air tersebut binatang ternak itu jadi jinak
-       Tulis dua bait tersebut di pada kulit kijang lantas siletakan pada bahu kanan anak yg sedang belajar bahasa arab,maka dengan mudah anak tersebut akan berbicara bahasa arab.
Adapun dimaksudkan bahwa orang yang mencinta selalu memikirkan kelembutan kekasihnya, maka tatkala angin berhembus dari tempat kekasih terbayangkan aroma kekasih terbawa sampai kehadapan.

Sedang kebiasaan orang yang mencinta merasa senang, puas melihat kilauan kilat dari tempat tinggal kekasihnya.
Angin adalah benda yang halus, lembut tiada terlihat bertiup dengn ukuran tertentu dan waktu tertentu pula. Jika angin datang sendirian pada tempat tertentu, hal ini condong sebagai musibah. Namun jika angin merata bersama maka hal itu sebagai rahmat. Sebagaimana do’a Nabi SAW :
اللهم اجعلها رياحا ولا تجعلها ريحا
“ Yaa Allah jadikanlah angin-angin yang merata dan jangan jadikan angin lokal saja”

فمالعينك ان قلت اكففاهمتا * ومالقلبك ان قلت استفق يهم
ايحسب الصب ان الحب منكتم * مابين منسجم منه ومضطرم
لولا الهوى لم ترق دمعا على طلل * ولا ارقت لذكر البان والعلم
فكيف تنكر حبا بعد ما شهدت * به عليك عدول الدمع والسقم
واثبت الوجد خطى عبرة وضنى * مثل البهارعلى خديك والعنم
3.         Mengapa kedua matamu tetap mengalirkan air mata bila engkau katakan “Berhentilah!”? Dan mengapa hatimu tetap gundah bila engkau katakan “Tenanglah!”?
4.         Apakah orang yang kasmaran menduga bahwa cinta dapat disembunyikan dalam deraian air mata dan kegundahan jiwa?
5.         Kalaulah bukan karena cinta, tidaklah mungkin engkau teteskan air mata di atas pepuingan dan tak pula terjaga sepanjang malam karena mengingat pepohonan Bani dan Pegunungan ‘Alam.
6.         Bagaimana engkau pungkiri rasa cinta setelah deraian air mata dan derita sakit menjadi saksi terhadapnya.
7.         Dan kerinduan telah menorehkan dua garis air mata dan derita, seperti mawar kuning dan mawar merah pada kedua pipimu.
Faidah lima bait ini apabila ada suami, istri anak perempuan atau keluarga kita yang dicurigai berbuat jahat,maka tulislah 5 bait itu pada daun Atraj (daun jeruk nipis) dan letakan pada tangan kirinya pada saat tidur . lantas dekatkan telinga kita pada mulutnya, dia akan bercerita apa yang telah dilakukannya entah baik atau buruk bahkan kalo mencuri sekalipun.
نعم سرى طيف من اهوى فأرقنى * والحبّ يعترض اللذات بالألم
8.         Memang benar, bayangan orang yang kucinta datang dan membuatku tak dapat lelap dan cinta itu menghalangi berbagai kesenangan dengan derita.
Faidah bait ini barang siapa membacanya berulang kali setelah shalat Isya sampai tertidur, maka insya Allah ia akan menyaksikan Rasulullah SAW dalam mimpinya

Wallahu'alam

1 komentar

Nur Rasulullah SAW



Nur Rasulullah SAW

 

Sesungguhnya yang pertama kali Allah SWT ciptakan adalah “Nur”nya Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis yang tercantum dalam kitab maulid Simtud Durar Lil Imam Al-‘Arif Billah Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi hal 19 :

أخرج عبد الرزاق بسنده عن جابر بن عبد الله الأنصاري رضي الله عنهما قال – قلت يا رسول الله بأبي وأمي أخبرني عن أول شيء خلقه الله قبل الأشياء. قال يا جابر إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك محمد صلى الله عليه وسلم من نوره
Yang artinya kurang lebih:
Bahwa sesungguhnya shahabat Jabir bin Abdullah RA bertanya kepada Junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW; Wahai Rasulullah, (Ayah ibuku sebagai tebusan Engkau), beritahukanlah kepadaku tentang pertama kali makhluk yang Allah SWT ciptakan sebelum segala sesuatu. Maka Baginda Nabi  Muhammad SAW menjawab; Hai Jabir, sesungguhnya yang Allah SWT ciptakan sebelum segala sesuatu adalah NUR (cahaya) Nabimu  (Baginda Nabi Besar Muhammad SAW)”.
 Dan sesungguhnya Nur Baginda Nabi Muhammad SAW senantiasa bertasbih kepada Allah SWT dengan diikuti oleh para malaikat dan para arwah di alam malakut, jauh puluhan ribu tahun sebelum Nabi Adam AS diciptakan oleh Allah SWT. Sebagaimana hal itu telah disebutkan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi di Kitab Ad-Durarul Hisaan Fil Ba’tsi Wa Na’iimil Jinan Haamisy Daqa’iqul Akhbaar hal 2 & 3.

Dan sesungguhnya kalau bukan demi Baginda Nabi Muhammad SAW maka Allah SWT tidak akan menciptakan segala sesuatu. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis qudsiy;

لولاك لولاك لما خلقت الأفلاك
Yang artinya kurang lebih;
“Seandainya tidak ada Engkau (wahai Nabi Muhammad SAW, sungguh Aku (Allah SWT) tidak akan menciptakan alam semesta”

Maka segala anugerah yang telah melimpah kepada makhluk-makhluk Allah SWT, semata-mata adalah dengan berkatnya Baginda Nabi Muhammad SAW. Bahkan segala kemuliaan  para Malaikat dan Para Nabi  adalah semata-mata berkat Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani di kitabnya Hujjatullah ‘Alal ‘Alamin hal 53 & 54 ;
قال الشيخ يوسف بن إسماعيل النبهاني في حجة الله على العالمين   ص53 -54 
إنما ظهر الخير لأهله ببركة سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وأهل الخير هم الملائكة والأنبياء والأولياء وعامة المؤمنين

Yang artinya kurang lebih;
“Bahwa sesungguhnya segala kebaikan yang melimpah kepada makhluk-makhluk Allah SWT yang mulia adalah semata-mata berkat Baginda Nabi  Muhammad SAW, mereka itu adalah para Malaikat, para Nabi dan semua orang-orang mukmin”.

Dan sesungguhnya manakala Allah SWT telah  menciptakan Nabi Adam AS, Allah SWT senantiasa memanggilnya dengan julukan Abu Muhammad, sehingga Nabi Adam AS bertanya kepada Allah SWT tentang rahasia panggilan tersebut, sebagaimana hal itu telah diriwayatkan oleh Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan Al-Hasaniy dalam kitabnya As-Sirah An-Nabawiyyah juz 1 hal 15 ;

قال الشيخ أحمد بن زيني دحلان الحسني في السيرة النبوية الجزء الأول ص 15
ويروى من طرق شتى أن الله تعالى لما خلق آدم عليه السلام ألهمه الله أن قال : يا رب لم كنيتني أبا محمد ؟ قال الله تعالى : يا آدم إرفع رأسك فرفع رأسه فرأى نور محمد صلى الله عليه وسلم في سرادق العرش فقال : يا رب ما هذاالنور ؟ قال : هذا نور نبي من ذريتك إسمه في السماء أحمد وفي الأرض محمد  لولاه ما خلقتك ولا خلقت سماء ولا أرضا
Yang artinya kurang lebih;
“Bahwa sesungguhnya Allah SWT sesudah menciptakan Nabi Adam AS maka Allah SWT memberi ilham kepada Nabi Adam AS untuk bertanya kepada-Nya; Ya Allah, kenapa Engkau juluki aku dengan “Abu Muhammad” (Ayahnya/bapaknya  Muhammad)? Maka Allah SWT Berfirman kepada Nabi Adam AS; Hai Adam, Angkat kepalamu. Maka Nabi Adam AS kemudian mengangkat kepalanya. Seketika itu Beliau melihat Nur (cahaya) Baginda Nabi Muhammad SAW meliputi di sekitar ‘Arasy. Nabi Adam AS bertanya; Ya Allah, Nur siapa ini ? Allah SWT Berfirman; Ini adalah Nur seorang Nabi dari keturunanmu, di langit namanya Ahmad, di bumi namanya Muhammad. Kalau bukan karena Dia niscaya Aku tidak akan menciptakan kamu, langit dan bumi.”

Kemudian Allah SWT meletakkan Nur Baginda Nabi Muhammad SAW dalam punggung Nabi Adam AS, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Kitabnya Ad-Durarul Hisan Hamisy Daqo’iqul Akhbar hal 5;

قال الامام جلال الدين السيوطي في الدرر الحسان هامش دقائق الأخبار ص 5:
ثم ان الله تعالى استودع نور محمد صلى الله عليه وسلم في ظهره وأسجد له الملائكة وأسكنه الجنة فكانت الملائكة تقف خلف آدم صفوفا صفوفا يسلمون على نور محمد صلى الله عليه وسلم

Yang artinya kurang lebih;
“Bahwa sesungguhya Allah SWT telah meletakkan Nur Baginda Nabi Muhammad SAW dalam punggung Nabi Adam AS. Sehingga para malaikat sujud dan berbaris rapi di belakang Nabi Adam AS untuk menghaturkan salam kepada Nur Baginda Nabi Muhammad SAW”.

Dan pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan kepada Iblis agar sujud kepada Nabi Adam AS, namun dia membangkang dan sombong. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah SWT Surat Al-Baqarah ayat 34 ;

وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا إلا إبليس أبى واستكبر وكان من الكافرين)   البقرة  34  )

Yang artinya kurang lebih;
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat; “Sujudlah kalian semua kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan sesungguhnya ia (Iblis) termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Q.S.Al-Baqarah 34).

0 komentar

Hukum Meng-Hadiah-kan Fatihah, Bacaan al-Qur’an, Doa (Tahlil) dan Jamuan makan untuk orang mati




1.    Hukum Meng-Hadiah-kan Fatihah
Di antara tradisi umat Islam adalah membaca surat al-Fatihah dan menghadiahkan pahalanya untuk Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Para ulama mengatakan bahwa hukum perbuatan ini adalah boleh. Ibnu 'Aqil, salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali mengatakan, "Disunnahkan menghadiahkan bacaan Al-Qur'an kepada Nabi saw.
Bukankah seorang yang kamil (tinggi derajatnya) memungkinkan untuk bertambah ketinggian derajat dan kesempurnaannya. Dalil sebagian orang yang melarang bahwa perbuatan ini adalah tahshilul hashil (percuma) karena semua semua amal umatnya otomatis masuk dalam timbangan amal Rasulullah, jawabannya adalah bahwa ini bukanlah masalah. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan dalam Al-Qur'an bahwa Ia bershalawat terhadap Nabi saw. kemudian Allah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi.
Al Muhaddits Syekh Abdullah al-Ghumari dalam kitabnya Ar-Raddul Muhkam al-Matin, hhm. 270, mengatakan, "Menurut saya boleh saja seseorang menghadiahkan bacaan Al-Qu'an atau yang lain kepada baginda Nabi saw., meskipun beliau selalu mendapatkan pahala semua kebaikan yang dilakukan oleh umatnya, karena memang tidak ada yang melarang hal tersebut. Bahwa para sahabat tidak melakukannya, hal ini tidak menunjukkan bahwa itu dilarang.”

 2.      Hukum Bacaan al-Qur’an, Doa (Tahlil) dan Jamuan makan untuk orang mati
Dalam hal ini ada segolongan yang yang berkata bahwa do’a, bacaan Al-Qur’an, tahlil dan shadaqoh tidak sampai pahalanya kepada orang mati dengan alasan dalilnya, sebagai berikut,  “Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dia kerjakan”. (QS An-Najm 53: 39). Juga hadits Nabi Muhammad SAW., “Jika  anak Adam mati, putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqoh jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak yang sholeh yang mendo’akan dia.
Mereka sepertinya, hanya secara parsial memahami kedua dalil di atas, tanpa menghubungkan dengan dalil-dalil lain. Sehingga kesimpulan yang mereka ambil, do’a, bacaan Al-Qur’an, shadaqoh dan tahlil tidak berguna bagi orang mati. Pemahaman itu bertentangan dengan banyak ayat dan hadits Rasulullah SAW. beberapa di antaranya,  “Dan orang-orang yang datang setelah mereka, berkata: Yaa Tuhan kami, ampunilah kami dan ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan beriman.” (QS Al-Hasyr 59: 10) Dalam hadith dijelaskan, “Bertanya seorang laki-laki kepada Nabi saw.; Ya Rasulullah sesungguhnya ibu saya telah mati, apakah berguna bagi saya, seandainya saua bersedekah untuknya? Rasulullah menjawab; yaa berguna untuk ibumu.” (HR Abu Dawud).
Di dalam Tafsir ath-Thobari jilid 9 juz 27 dijelaskan bahwa surat Al-Najm ayat 39 di atas  diturunkan tatkala Walid  ibnu Mughirah masuk Islam diejek oleh orang musyrik, dan orang musyrik tadi berkata, “Kalau engkau kembali kepada agama kami dan memberi uang kepada kami, kami yang menanggung siksaanmu di akhera.t”  Maka Allah SWT menurunkan ayat di atas yang menunjukan bahwa seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain, bagi seseorang apa yang telah dikerjakan, bukan berarti menghilangkan pekerjaan seseorang untuk orang lain, seperti do’a kepada orang mati dan lain-lainnya.
Ibnu Taimiyah dalam Kitab Majmu’ Fatawa jilid 24, berkata: “Orang yang berkata bahwa do’a tidak sampai kepada orang mati dan perbuatan baik, pahalanya tidak sampai kepada orang mati,mereka itu ahli bid’ah, sebab para ulama’ telah sepakat bahwa mayyit mendapat manfa’at dari do’a dan amal shaleh orang yang hidup.
Dr. Ahmad as-Syarbashi, guru besar pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, Yas`aluunaka fid Diini wal Hayaah juz 1 : 442, sebagai berikut, “Sungguh para ahli fiqh telah berargumentasi atas kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, dengan hadist bahwa sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk mereka dan kami berdoa bagi mereka; apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada mereka? Rasulullah saw. bersabda: Ya! Sungguh pahala dari ibadah itu benar-benar akan sampai kepada mereka dan sesungguhnya mereka itu benar-benar bergembira dengan kiriman pahala tersebut, sebagaimana salah seorang dari kamu sekalian bergembira dengan hadiah apabila hadiah tersebut dikirimkan kepadanya!"

Sedangkan Memberi jamuan yang biasa diadakan ketika ada orang meninggal, hukumnya boleh (mubah), dan menurut mayoritas ulama bahwa memberi jamuan itu termasuk ibadah yang terpuji dan dianjurkan. Sebab, jika dilihat dari segi jamuannya termasuk sedekah yang dianjurkan oleh Islam yang pahalanya dihadiahkan pada orang telah meninggal. Dan lebih dari itu, ada tujuan lain yang ada di balik jamuan tersebut, yaitu ikramud dla`if (menghormati tamu), bersabar menghadapi musibah dan tidak menampakkan rasa susah dan gelisah kepada orang lain.

26 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GUMAR NU SETIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger